Selasa, 20 Juni 2017

Susuri Sungai Kahayan

Di atas kapal wisata

Ini adalah perngalaman pertama saya menginjakkan kaki di Pulau Kalimantan. Tempat yang saya tuju adalah Kota Palangkaraya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Saya bertugas menjadi dosen pendamping untuk kegiatan Pekan Seni Mahasiswa Nasional atau biasa disingkat Peksiminas. Kebetulan, salah satu mahasiswa dari Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang yaitu Dwi Ratih Ramadhani lolos tingkat provinsi di tangkai lomba penulisan cerpen. Jadi dia mewakili kontingen Jawa Timur dan saya sebagai pendamping di tangkai lomba tersebut. 

Bicara Peksiminas saya menajdi ingat dengan zaman saya masih mahasiswa dulu. Sekitar tahun 1999, saya juga ikut Peksiminas di Surabaya mewakili Provinsi Jawa Tengah. Waktu itu dalam tangkai lomba tari. Ahh, pengalaman yang indah sebab saya dan kelompok dari UNS mendapat juara 1 nasional untuk tangkai lomba tari kontemporer dan menjadikan Jawa Tengah menajdi juara umum waktu itu.

Saya berangkat ke Kalimantan bersama rombongan kontingen Jawa Timur. Buanyak, hampir satu pesawat penuh, hehe. Dimulai dari bandara Juanda, menuju bandara Tjilik Riwut yang ada di Palangkaraya. Ahh, panasnya aduhai. Tidak saja sengatan matahari yang menggarang kepala, bumi yang diinjak pun seolah mengeluarkan asap panas, hehe.

Sebenarnya saya di Palangkaraya ini cukup lama, sekira 6 hari. Namun, dalam waktu 6 hari itu senantiasa padat aktivitas, paling longgar saat malam. Hanya, kegiatan selama enam hari itu kebetulan di berbagai tempat di seluruh sudut Kota Palangkaraya, hingga secara tidak langsung sudah eksplore kondisi kota di sana.

Yang sangat menonjol, ruas jalan di Palangkaraya begitu lebar dan memadai. jalan-jalan lurus dan lebar pokoknya. Wajar, jika pernah beredar kabar  ibukota Indonesia sempat diwacanakan mau dipindah di kota ini. Oiya, Kota Palangkaraya ini juga dikelilingi hutan belantara lho. Ini dapat dilihat saat mau mendarat ke bandara, sekitarnya adalah hutan. Terus, saat akhir acara ada wisata bersama, tidak lama meluncur dari kawasan kota, memang sudah hutan.

Salah satu yang khas di Palangkaraya adalah adanya Sungai Kahayan. Di Kalimnatan memang banyak sungai. Dulu kan sarana transportasi banyak melalui sungai dibandaing jalan darat. Nah, tentu tidak afdol jika saya sudah ke Palangkaraya tetapi tidak menyusuri Sungai Kahayan. So, saya dan beberapa teman pun ikut mencicipi rasanya menyusuri Sungai Kahayan dengan kapal wisata di sana.  

Oiya, selain menyusuri sungai, kami juga mengjungi pasar-pasar tradisional di sana dan sudut-sudut tempat lain yang menarik. Kami ke penangkaran atau konservasi orang hutan juga. Istimewanya, kebetulan saya bersama rombongan para juri Peksiminas yang sata-rata adalah orang-orang terkenal. Ada Mas Yanusa Nugroho, Pak Putu Fajar Arcana yang merupakan editor cerpen Kompas. Ada juga N. Riantinarno dan istri/Ratna Riantiarno, ada Nungki Kusumastuti, James. F. Sundah,dll. Sekalian bisa menimba ilmu kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...