Senin, 27 November 2017

Perempuan Terindah

Rintik gerimis membuat Solo basah. Syahdu, seirama suasana hati Hendra dan Ardhi yang tengah meretas senja di lantai dua sebuah resto bergaya klasik. Sore itu merupakan hari yang lama mereka rindukan. Sebuah perjumpaan yang sudah lama mereka rancang. Wajar, bagi mereka yang tinggal di berlainan kota dan lama berpisah, bisa mencipta momen untuk bersua tentu sebuah saat yang istimewa. Dulu, saat mereka masih sama-masa tinggal di Solo, bisa dikata kelewat sering mereka menghabiskan waktu. Menyusuri lekuk sudut-dudut Solo, dari tempat satu ke tempat lainnya adalah salah satu kesenangan mereka. Sekadar makan sembari diskusi ringan hingga membicarakan rencana-rencana masa depan adalah aktivitas mereka kala bersama. Isu-isu politik yang memanas pun tak luput hadir bersama suguhan kopi-kopi kental yang mereka kudap.

Rabu, 01 November 2017

Film Pengabdi Setan di Mata Saya

Gambar terkait

     Tidak ada tempat untuk belajar bagaimana membuat film laris, jika membuat film bagus, barangkali banyak. Kurang lebih begitu yang bisa saya simpulkan dari beberapa obrolan dengan teman atau di grup-grup komunitas film. Suksesnya sebuah film di pasaran, benar-benar sulit diprediksi. Ada film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan biaya tinggi, tetapi tenyata jeblok dalam hal pencapaian penonton di bioskop. Begitu juga sebaliknya, ada film yang secara kualitas biasa atau bahkan kurang, malah bisa melesat jauh.  Namun, untuk film Pengabdi Setan, bisa saya katakan ini salah satu film yang ‘langka’. Film Pengabdi Setan adalah film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan serius, dengan biaya yang tidak mahal, dan bisa laris di pasaran.

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...