Tidak ada tempat untuk belajar bagaimana membuat film laris, jika membuat film bagus, barangkali banyak. Kurang lebih begitu yang bisa saya simpulkan dari beberapa obrolan dengan teman atau di grup-grup komunitas film. Suksesnya sebuah film di pasaran, benar-benar sulit diprediksi. Ada film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan biaya tinggi, tetapi tenyata jeblok dalam hal pencapaian penonton di bioskop. Begitu juga sebaliknya, ada film yang secara kualitas biasa atau bahkan kurang, malah bisa melesat jauh. Namun, untuk film Pengabdi Setan, bisa saya katakan ini salah satu film yang ‘langka’. Film Pengabdi Setan adalah film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan serius, dengan biaya yang tidak mahal, dan bisa laris di pasaran.
Beberapa film yang laris di
paaran, bisa jadi salah satu faktornya sebab promosi yang besar-besaran. Film
Warkop DKI Reborn (baik 1 maupun 2), sangat terlihat bagaimana promo
besar-besaran yang dilakukan. Hasilnya juga bisa sebanding dengan biaya promo
yang dikeluarkan. Bisa tembus di atas empat juta penonton. Iklan di televisi,
masuk di program-program acara tv, baliho dan poster di banyak tempat, dan
promo-promo di radio, semua diambil. Film Insya
Allah Sah, Mars Meet Venus, dan Surga
yang Tak Dirindukan, bisa kita lihat promonya di televisi, dan hasilnya
meski tidak terlalu bombastis, bisa dikatakan cukup memuaskan. Insya Allah Sah bisa tembus di atas 800 ribu dan Surga yang Tak Dirindukan di atas 1,6 juta. Hanya Mars Meet Venus yang kurang menggembirakan,
bahkan tidak sampai 500 ribu.
Untuk film Pengabdi Setan, bisa dikatakan tidak ada ‘usaha promosi’ yang
berarti. Tidak ada iklan di tv atau baliho di berbagai tempat. Promo film ini
justru banyak dilakukan oleh para penonton sendiri yang merasa puas usai
menyaksikan film besutan sutradara Joko Anwar ini. Sampai tulisan ini saya
tulis, sudah di angka 3,8 juta orang yang menyaksikan Pengabdi Setan di bioskop
dan angka ini kemungkinan akan bertambah sebab hingga kini masih tayang. Ada
banyak meme plesetan dari poster Pengabdi
Setan dan itu ternyata efektif membuat orang lain untuk ikut serta datang
ke bioskop. Promo yang gratis tetapi efektif, dan itu bukan bagian dari
perencanaan tim produksi film, menurut pengakuan mereka di youtube.
Kalau saya pribadi, jujur tertarik
menyaksikan film ini bisa dikatakan memang dari review yang ditulis penonton
sebelumnya. Alasan bahwa ini film hasil remake atau reboot dari film yang
pernah ada menurut saya pribadi bukan daya tariknya. Saya menyaksikan film Pengabdi Setan yang pertama (lama),
bukan di bioskop sehingga nuansa kengerian tidak saya dapatkan. Saya justru
penasaran dengan testimoni-testimoni yang mudah saya dapatkan di berbagai
media. Testimoni penonton inilah sejatinya promosi yang efektif.
Ini film horror yang elegan dan
cerdas.
Kiranya itu kalimat yang pas untuk
mendeskripsikan penilaian saya pada film Pengabdi Setan. Atmosfer suasana horror
dibangun sejak awal film. Berbagai aspek dalam film dikerjakan dengan cermat
hingga mencapai totalitas karya yang keren. Mulai dari penggarapan cerita,
pemilihan lokasi, rias busana, artistik, iringan musik, dan pemain, semua
seolah menjadi satu kesatuan yang saling mendukung. Penempatan-penempatan ‘kehororan’
juga pas sesuai urutan cerita dan ‘timing’. Satu hal lagi, menurut cerita Joko Anwar, suasana saat syuting memang sudah didesain benar-benar mencekam, tidak banyak yang melihat, hingga kengerian yang dialami pemain bisa natural, dan itu akhirnya tampak pada ekspresi para pemainnya.
Film Pengabdi Setan tidak terjebak
pada kecenderungan film-film horror lain yang biasanya dibumbui dengan adegan
mesum atau kostum yang menggoda. Ini horror yang elegan dan ‘aman’. Terlepas dari
itu, disadari atau tidak oleh tim produksi, sejatinya film ini sarat makna
positif jika kita jeli. “Kalau kita tidak mau menderita selama hidup, jangan
pernah melakukan perjanjian apa pun dengan ‘setan’.” Kiranya itu satu kalimat
yang bisa meringkas apa pesan yang bisa ditangkap dalam film ini. Sekilas, apa
yang dialami keluarga utama dalam film ini adalah efek dari apa yang sudah
dilakukan oleh ibu pada masa lalu. Ibu mengikuti sebuah sekte atau aliran
tertentu agar bisa mendapatkan anak, sekte kesuburan lah singkatnya. Tentu, ada
perjanjian-perjanjian tertentu jika keinginan sudah dituruti. Itu jamak
terjadi. Dampak dari hal itu, anak-anak yang tidak tahu menahu pun ikut merasakannya.
Film ini juga cerdas sebab tidak
terjebak pada ending yang mainstream terjadi di film-film horror lain.
Misalnya, setan senantiasa dikalahkan oleh sosok ulama atau kyai sakti. Bahkan,
di film Pengabdi Setan yang pertama, endingnya demikian. Di film ini tetap
menghadirkan sosok ulama, tepatnya Pak Ustad, tetapi lantas tidak tanpa cela. Bagaimanapun,
figur ustadz adalah manusia yang bisa jadi ada khilaf. Namun, pesan-pesan
positif tetap disampaikan oleh sosok Pak Ustadz ini, misal sangat wajar rumah
akan banyak setan jika jarang dipakai sholat. Tidak perlu saya sebut detail,
nanti malah spoiler. Hehe.
Sedikit kelemahan, atau tepatnya hal yang kurang bsia fahami, adalah perubahan sikap pada salah satu tokoh, saya lupa namanya (hehehe), yang pasti kakaknya Ian, anak nomor tiga. Saya sempat menerka, apa ini dia kena terpengaruh, lalu 'sembuh' lagi, atau apa. Sedikit membingungkan, hehehe. Bang Joko menang suka demikian. Mungkin sebab saya yang kurang jeli atau mungkin perlu menonton lagi sambil fokus ke adegan-adegan itu, hehe.
Singkatnya, film ini perlu
ditonton untuk memberi wacana lain bagi kita bagaimana memproduksi sebuah film horror
yang tetap asyik dinikmati dan mengesankan, bahkan hemat, hehe. Lokasi film ini
90 persen ada di sebuah rumah, dan tentu secara budget lebih hemat. Tidak
banyak pemain dan tidak banyak property yang neko-neko. Saya bukan bagian dari tim promo film ini. Namun, jika melihat karya yang memang bagus, ya tentu harus objektif menilainya.
Wallahu'alam.
Wah bagus sepertinya pak, yuk kapan nonton bareng?he....3x (warsito.web.id)
BalasHapusGa berani nonton, Pak. Meski tahu ceritanya dari beberapa ulasan dan memang ini menggambarkan eratnya kondisi sosial masyarakat Indonesia dengan lelaku seperti pesugihan, kesaktian, sampai demi mendapat keturunan dsb.
BalasHapusSaya terlalu visual soalnya XD Daripada ntar kebayang pas malam atau gelap. Saya menghindari yang horor-horor.