Minggu, 15 September 2019

Perjumpaan yang Dirindukan

Perjumpaan yang Dirindukan

"Jika kamu memiliki sahabat yang baik, pegang erat sebab mudah untuk melepaskan tetapi sulit untuk mendapatkan". Kata-kata itu sangat saya yakini kebenarannya. Maka, ketika saya merasa sudah memiliki sahabat yang saya yakini dia baik, saya akan berusaha untuk mempertahankan. Sebab saya tahu, kita kan tidak pernah bisa hidup sendiri, kita makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Maka, sahabat baik, bagi saya adalah keluarga saya.

Sahabat bisa datang dari mana saja. termasuk teman-teman SMP. Bagi saya, menjadikan orang lain menjadi sahabat, bukan sebab kondisi sosial mereka, misalnya karena mereka kaya atau apa. Namun, seiring berjalannya waktu, kita pasti akan tahu sifat mereka seperti apa. Kita memang tidak boleh memilih-memilih orang dalam berteman. Kita harus berteman dengan siapa saja. Namun, untuk level menjadi sahabat, adalah ketika kita sama-sama tahu seperti apa kita. Salaing memahami satu sama lain.

Singkat cerita, saya merasa bersyukur sebab saya merasa memiliki sahabat-sahabat baik yang memandang saya bukan sebab stutus sosial atau apa, tetapi sebab kami merasa cocok dalam banyak hal dan bisa saling menghargai. Intinya itu. Sebab dalam pergulatan pertemanan saya, ada juga yang baik saat sedang dekat kita atau di deapn kita saja, tetapi di belakang ngomongin kejelekan kita. Gaes, tidak ada manusia yang sempurna, selalu ada kekurangan-kekurangan, yang bisa kita lakukan adalah menerima semuanya, baik kekurangan maupun kelebihan. Tutupilah kekurangan-kekurangan dengan kebaikannya, hingga yang bisa selalu kita ingat adalah kelebihan-kelebihannya, kebaikannya.
Ini adalah cerita tentang kebersamaan yang indah santara saya dengan sahabat-sahabat saya.
Tanpa banyak huru-hara, kami bisa dipertemuan di Taman Safari Bogor pada Medio September 2019 ini. Masya Allah. Ini di luar ekspetasi saya. meski singkat, tetapi saya sangat merasakan kehangatan di antara kami dan keluarga. Kami datang dengan keluarga. Ngobrol bersama, masak bersama, makan bersama. Tanpa ada prasangka-prasangka. Ini moment yang saya rindukan. Kami bisa semakin dekat dan serasa mencairkan hal yang selama ini barangkali beku. Barangkali, dalam benak, sebelum ini masih ada sekat-sekat prasangka. Namun, ketika kami bisa datang berkumpul bersama keluarga, kami serasa melebur, bahwa ternyata kami sama sekali tidak mempunyai ganjalan. Suami atau istri sahabat-sahabat saya itu menjadi tahu, bahwa persahabatan kami itu murni karena persaudaraan, bukan karena niatan-niatan lain.

Kami merasa menemukan sahabat yang bisa saling mengingatkan satu sama lain. Kami merancang banyak hal ke depan untuk berbuat banyak kebaikan. Kami memang tidak merasa lebih kaya dari yang lain, tetapi kami selalu merasa bersyukur dan ingin senantiasa berbagi. Sebab, berbagi adalah cara termudah bagi kita untuk membersihkan harta dan bersyukur atas nikmat Allah. Berbagi tidak harus dalam kondisi berlebih, dalam situasi apa pun bisa. Ini bukan dalam rangka apa-apa, tetapi bahwa niatan kami bersahabat adalah untuk banyak melakukan hal-hal yang positif. Bukan hura-hura atau foya-foya. Kami juga merencanakan perjumpaan-perjumpaan berikutnya. Alhamdulillah.
Saya bersyukur dipertemukan dengan mereka.

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...