Senin, 19 Juni 2017

Sosok Misterius Itu...



Malam itu sekitar pukul sepuluh malam waktu Mekkah. Saya masih betah berada di Masjidil Haram, sendirian (tidak dengan rombongan teman dari Indonesia). Ada laki-laki muda berjalan menyusuri koridor masjid. Ternyata, lelaki itu duduk di depan saya agak ke kanan. Setelah tengok kanan kiri, lelaki itu tersenyum pada saya. Saya sempat kaget. Bukan kenapa-napa, saya merasa pernah melihat sosoknya. Wajahnya sekilas mirip aktor dari Hollywood yang pernah saya lihat di Tv, tapi entah siapa, atau lupa namanya, hehe. Yang jelas, bukan wajah Arab atau Asia (Indonesia atau Malaysia) seperti wajah para jamaah yang mendominasi di masjid tersebut. Wajahnya Amerika atau Eropa gitu. Dia membuka Al Qur'an dan membacanya, seperti yang dilakukan oleh para jamaah lain. Cukup lama. Dalam hati saya sempat bertanya-tanya, apa benar lelaki ini artis, kalau iya hebat sekali dia begitu betah membaca Al Qur'an.

Sampai satu jam lebih tanpa jeda istirahat. Masih muda, bule, artis (barangkali), menginspirasi para pemuda-pemuda lain kalau sampai dia jadi orang terkenal. Ada sisi positif yang bisa diteladani, pikir saya. Iseng saya foto untuk nantinya mau saya tanyakan ke teman barangkali kalau memang benar public figure, kira-kira siapa. Saya sungkan mau menyapa untuk sekadar kenal atau minta foto karena dia tengah khusuk. Saya foto dari samping belakang tepat di posisi saya duduk agar tidak curiga atau mengganggu konsentrasinya. 

Saya tidak sempat melihat hasil fotonya karena buru-buru saya masukkan saku. Sungkan kalau di masjid kok foto-foto (hehe). Pas sampai di hotel, saya buka kamera kecil saya untuk saya tanyakan teman barangkali kenal. Saya sungguh terkejut ketika ada sosok tinggi besar memakai pakaian serbahitam ada di samping lelaki tersebut. Sosoknya seperti tengah melakukan sholat, tetapi karena posturnya yang teramat tinggi, tidak terekam seluruhnya yang bagian atas. 

Saya terkejut karena seingat dan sesadar saya, tadi tidak ada siapa-siapa yang dekat dengan lelaki itu waktu saya foto. Jika saya cermati lagi, pakaian yang dikenakan lebih tepat disebut gamis dan jilbab lebar yang layaknya dikenakan wanita. Padahal, antara jamaah pria dan wanita disekat-sekat. Karena posisi masjid mengelilingi Ka'bah, jamaah wanita bisa di mana saja, tidak dikelompokkan tersendiri, tetapi ada pembatasnya antara pria dan wanita. Kakinya terlihat dan menapak di karpet. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...