Rabu, 21 Juni 2017

Hasil Tidak Khianati Proses



Cerita Seminar Proposal


Pagi itu hati saya berdebar, tidak seperti hari biasanya.
Hari itu, Selasa, 30 Mei 2017, adalah jadwal saya untuk seminar proposal Disertasi. Satu sisi saya lega dan bersyukur, akhirnya disetujui juga untuk seminar proposal, tetapi di sisi yang lain, perasaan kurang percaya diri muncul juga. Entah, meski presentasi di hadapan penguji atau hadapan publik tentu bukanlah kali pertama, tetapi menurut saya hari itu berbeda. Ada rasa was-was melintas. Nanti bagaimana kalau ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, nanti kalau ide proposalnya salah fatal dan harus diganti bagaimana, nanti kalau tidak lulus bagaimana, nanti kalau ada salah teknis terkait LCD gimana, nanti kalau tidak ada teman yang datang apa seminar tetap bisa diadakan, dan kecemasan-kecemasan lain. Saya lalu menepisnya dengan banyak istigfar. Ada Allah... Bismillah.

Pagi itu saya berangkat dari rumah pukul 06.40. mengantar anak-anak ke sekolah dulu. Sekitar pukul 07.00, saya sudah usai dari sekolah anak-anak dan bersiap menuju kampus. Saya membawa 4 kardus kue yang sedianya akan saya berikan pada keempat penguji. Sebab pelaksanaan di bulan puasa, maka konsumsi saya alihkan menjadi kue untuk dibawa pulang. Bukan sesuatu yang wajib, sekadar untuk buah tangan. Empat penguji ini tiga di antaranya sudah menguji saya pada saat Ujian Kualifikasi pada tanggal 29 Desember 2016. Sementara, satu penguji adalah kali pertama menguji proposal saya. Satu penguji yang baru pertama ini menguji saya adalah Bapak Dr. Kundharu Saddhono, sedang tiga penguji lainnya adalah Bapak Prof. Bani Sudarni, Bapak Dr. Isthadiyanta, dan Bapak Dr. Titis.
Seminar kali ini adalah tahap dua dari sekitar  tujuh tahap yang harus saya lalui untuk bisa dikatakan lulus dan berhak menyandang gelar doktor. Sejatinya bukan gelar hal utama yang ingin saya raih. Namun, lebih dari itu, pengembangan keilmuan saya adalah yang terpenting. Apalagi, bekerja menjadi dosen tentu studi lanjut seperti ini adalah salah satu cara untuk memperbanyak bekal keilmuan. Alhamdulillah, saya wajib bersyukur diberi kesempatan oleh Allah bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang ‘puncak’, yaitu S3. Terlebih, kuliah saya ini dengan jalur beasiswa. Selain biaya kuliah gratis, masih mendapat tunjangan biaya hidup, biaya buku, dan biaya penelitian di setiap bulannya. Maka, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bersungguh-sungguh. Kesungguhan, saya maknai sebagai pengejawantahan rasa syukur saya.
Oiya, selain empat kardus berisi kue, saya juga membawa laptop beserta speaker sebab rencana saya presentasi perlu menggunakan pengeras suara untuk memutar cuplikan film. Terus, saya juga kepikiran, harus mampir dulu ke fotokopi sebab materi untuk dibagi ke audiens belum saya kopi. Sehari sebelumnya, saya berencana menfotokopi di kios fotokopi tidak jauh dari rumah saya, ternyata tutup. Masih ada slide yang belum saya benahi juga, tinggal sedikit sih, tetapi membayangi pikiran saya. Praktis, sepanjang perjalananan saya merasa tidak tenang. Akhirnya, saya memilih untuk banyak dzikir, sesekali latihan presentasi. Dalam arti, mencoba menata bahasa nanti seperti apa presentasi saya. Perjalanan yang biasanya menurut saya cepat, pagi itu terasa sangat lama. Apalagi, di kawasan Kandang Sapi, area utara Rumah Sakit. Dr. Oen, macet banget, bikin keki deh, hihihi.
Tiba di kawasan belakang kampus UNS. Alhamdulillah... lega rasanya ketika melihat banyak kios fotokopi yang sudah buka. Saya langsung memarkirkan kendaraan di depan sebuah fotokopi yang lumayan ramai. Hasbona namanya. Petugas di sini selain cekatan, juga terkesan santun dan alim, dari tampilan fisiknya sih, hehe.  Tidak perlu antre, sekitar sepuluh menit, urusan saya beres. Waw, biaya lebih murah dari yang saya perkirakan. Lumayan. Saya langsung menuju ke kampus, gedung pasca baru tepatnya. Ah, ini yang menggelikan atau membuat saya terlihat memelas, hehe. Keluar mobil saya menenteng plastik besar yang berisi kardus kue. Tas yang berisi laptop. Speaker yang saya taruh plastik tersendiri, dan terakhir, fotokopian yang masih hangat, lumayan berat sebab saya fotokopi 20 set dan tiap set-nya ada 15 halaman. Bisa dibayangkan, seperti apa tampang saya waktu itu. Idealnya diambil dua kali atau dibawa oleh dua orang, tapi melihat acara seminar di lantai 5, daripada wira-wiri, ya akhirnya saya bawa sekali jalan. Kleweran... Tidak peduli ada beberapa orang yang melihat sembari senyum. Mereka sudah bisa menebak saya ada acara apa, sebab dari kostum saya yang celana hitam dan baju putih plus berdasi pula, sudah bisa terbaca kan.
Sampai di lantai 5. Sudah ada Mas Iwan, petugas administrasi pasca di ruangan biasanya. Saya melihat ke ruang sidang yang akan digunakan ujian, masih terkunci rapat. Lalu, saya diarahkan Mas Iwan untuk mengambil kunci di ruang akademik, hanya di sebelah. Mas Iwan barangkali masih mempersiapkan berkas administrasi pelaksanaan ujian saya.
Masuk di ruangan ini. Gegas saya mengatur segala sesuatunya, termasuk merapikan posisi meja kursi agar semakin rapi. Saya menyalakan laptop, LCD, dan mencobanya. Alhamdulillah, semua lancar. Audio juga lumayan jernih terdengar, pencahayaan untuk tayangan LCD juga sudah lumayan. Mas Iwan datang untuk mengechek, saya sampaikan sudah beres Mas. Mas Iwan tersenyum dan gegas kembali ke ruangannya. Masih belum ada orang yang datang, sebab memang masih sekira empat puluh menit lagi jadwal seminar saya digelar. Kelonggaran waktu itu saya gunakan untuk membenahi slide hingga benar-benar ‘beres’. Sambil membaca-baca ulang materi. Sejatinya, saya bukan tipikal yang perfectionis banget, tetapi segala sesuatunya harus saya persiapkan dan pastikan sudah sesuai rencana. Persoalan nanti pada saat pelaksanaan ada kendala, itu di luar kuasa saya.
Ruangan sudah siap...

Tiba-tiba, ada dua orang datang, masuk ke ruang sidang. Yang satu laki-laki dengan kostum persis seperti saya, siap ujian, satu perempuan, anggaplah temannya. Ternyata, Si Mas ini juga akan menggunakan ruang sidang ini, hanya waktunya sedikit lebih siang, pukul 10.00. Namun, sepertinya bakalan bentrok sebab belum tentu pukul 09.00 sidang saya dimulai, dan belum tentu juga seminar saya hanya berlangsung selama satu jam. Si Mas ini mahassiswa S2 dari prodi lain. Lalu, dengan tenang saya ajak Si Mas ini ke ruang Mas Iwan untujk konfirmasi sebab pemakaian ruangan ini yang mengurusi Mas Iwan setahu saya.Ternyata di sana sudah ada Prof.Bani, Kaprodi dan sekaligus ketua penguji. Alhamdulillah beliau sudah rawuh. Konfirmasi ini itu, negoisasi, akhirnya, ‘menang’ saya. Saya tetap menggunakan ruang sidang, dan Si Mas menggunakan ruang sebelah ruang sidang. Tidak ada masalah, barangkali sebelumnya ada kesalahan saat pencatatan pemesanan penggunaan ruangan. Damai ya Mas, semoga nanti sama-sama lancar.
Satu demi satu teman-teman saya datang, penguji pun juga datang. Salah satu penguji, Dr. Kundharu, kebetulan ruangannya ada di dekat ruang sidang, di lantai 5. Jadi, sewaktu-waktu siap, saya diminta menghubungi beliau. Tidak lama, semuanya masuk ruangan dan siap dilaksanakan seminar. Alhamdulillah, keempat penguji bisa datang. Ini patut saya syukuri sebab kadang ada juga saat teman lain seminar, ada yang tiba-tiba pengujinya tidak bisa datang dan ujian lagi dengan penguji tersebut di lain waktu. Saya patut bersyukur juga sebab penguji-penguji saya kali ini sungguh baik dan sangat mudah ketika saya hubungi. Beliau sangat men-support saya dan mendukung agar Disertasi saya tidak sekadar cepat selesai, tetapi juga berkualitas. Tidak ada istilah mempersulit atau apa. Allah yang membalas kebaikan njenengan semua nggih, bapak-bapak yang luar biasa. Saya sangat belajar dari keteladanan njenengan semua.
Teman seangkatan saya hampir datang semua, yang tidak datang memang sebelumnya sudah konfirmasi tidak bisa sebab ada kepertingan lain. Salah satu teman dekat saya se-angkatan, Mister Trubus, masih di Gorontalo. Sedih juga beliau tidak datang sebab kami biasanya sering curhat-curhatan terkait perjalanan penulisan Disertasi ini. Semoga cepet menyusul ya Mister, hiks.  Ada juga angkatan atas yang datang. Adik kelas juga ada. Alhamdulilah, ada belasan audien yang datang meski ada beberapa yang terlambat. Ini sudah lebih dari cukup sebab jika audien kurang dari lima, konon seminar belum bisa dimulai.
Suasana saat ujian...

Tentang detail bagaimana seminar saya berlangsung, tidak perlu saya ceritakan. Intinya, saya merasa mendapat berkah di bulan Ramadhan tahun ini. Secara umum, seminar saya lancar dan berjalan seperti yang saya harapkan. Saya bisa lancar presentasi, tidak ada kendala teknis, LCD dan audio lancar. Materi yang saya seminarkan ya bisa diterima oleh penguji, selebihnya adalah masukan-masukan yang ditujukan untuk semakin memperbaiki proposal saya. Alhamdulillah ya Allah. Sekira pukul 10.30 seminar itu pun usai, dan proposal saya dinyatakan diterima. Saya diminta untuk segera merevisi hal-hal yang tadi disampaikan keempat penguji, dan segera ujian tahap tiga, Komprehensif. Diberi waktu maksimal tiga bulan. Jika sebulan sudah cukup, ya segera saja. Begitu kurang lebih yang disampaikan bapak Ketua Penguji.
Memang, pengalaman saya selama beberapa bulan ini mengerjakan propsoal Disertasi, yang utama adalah mau mengerjakan, mau bekerja keras. Setiap hari harus meluangkan waktu membuka laptop, sebab jika tidak, maka akan malas terus menerus dan sementara waktu terus berjalan. Selain itu, banyak membaca adalah hal mutlak. Salah satu point masukan penguji adalah saya harus banyak menambah referensi, terutama jurnal isternasional yang terkini dan relevan dengan tema penelitian.
Saya tahu, perjalanan Disertasi ini masih panjang.
Saya juga berusaha menyiapkan napas panjang juga. Saya yakin, Allah senantiasa membantu hamba-Nya yang berusaha dan berjuang. ‘Kesuksesan’ saya di seminar proposal ini juga tidak lepas dari kuasa Allah. Matur nuwun Ya Rabb...
Teman-teman yang datang dan sempat berfoto bersama

Saya percaya, hasil tiada pernah khianati proses.
Kalau kita sudah memaksimalkan ikhtiar, perjuangan dalam meniti proses, Allah tidak akan pernah ingkari janji. Usai ujian, saya mendapat rekap nilai pelaksanaan seminar ini. Alhamdulillah, nilainya maksimal. Saya begitu terharu.
Matur nuwun sanget untuk teman-teman semua yang sudah datang dan mendukung saya. Mohon maaf tidak bisa memberi apa-apa. Semoga semua dibalas oleh Allah. Teman-teman lain yang tidak datang, juga tetap terima kasih sebab sudah mengirim doa.
Kepada Allah kita berserah diri dan kembali.
Dari kiri: Pak Titis, Pak Isthadiyanta, Saya, Pak Bani, dan Pak Kundharu

2 komentar:

  1. All the best, mas.
    Setiap proses, nikmati dan segera lupakan.
    Waktu tidak akan berjalan mundur, pun tidak akan berhenti ada satu masa.

    BalasHapus
  2. Matur nuwun atas nasihat dan bimbingan Bapak selama ini. Allah yang membalas.

    BalasHapus

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...