Apa motivasi terbesar Anda saat ingin membeli buku? Karena memang
butuh? Sekadar membelanjakan uang? Karena terpengaruh cerita teman
tentang isi buku? Atau karena tertarik langsung saat melihat-lihat buku
tersebut? Tentu antarkita berbeda alasan untuk membeli buku. Terkadang
kita memang benar-benar membutuhkan buku tersebut, tetapi terkadang bisa
saja tanpa terencana lebih dulu untuk membelinya.
Saat berada di toko buku, kita pasti melihat dan memilah buku mana
yang hendak kita beli. Sekarang kita ingat-ingat, seberapa sering kita
membeli buku tanpa kita rencanakan seleumnya. Dari rumah, kita sekadar
ingin main ke toko buku, kalau ada buku yang kira-kira bagus ya kita
beli, kalau tidak ya tidak beli. Apakah sering seperti itu?
Lalu, apa kira-kira yang membuat Anda tertarik untuk memilih sebuah
buku untuk Anda beli? Apakah kita pernah memerhatikan, sekarang ini
hampir di seluruh sampul buku selalu ada endorsement yang bertujuan
untuk menarik para pembeli? Endorsement adalah komentar atau semacam
testimony seseorang terhadap isi sebuah buku. Bisa jadi, kita tertarik
membeli buku karena ‘tergoda’ oleh endorsement yang ditampilkan di
sampul buku tersebut.
Endorsement memang diakui banyak penerbit sebagai alat jitu untuk
mendongkrak pemasaran. Biasanya, para endorser atau orang yang memberi
komentar terhadap sebuah buku memang bukan ‘orang sembarangan’. Bisa
saja seorang pakar di bidang yang sesuai dengan tema buku tersebut, bisa
dari kalangan public figure yang sedang menjadi sorotan, pejabat, atau
penulis. Hal ini memang wajar dan sah-sah saja, hanya saja yang menjadi
perhatian kita adalah jangan sampai setelah kita membeli buku merasa
tertipu karena apa yang diutarakan dalam endorsement ternyata berbanding
terbalik dengan kenyataan isi buku. Dan hal ini bukan sesuatu yang
tidak mungkin.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada dua penyebab yang mungkin saja
terjadi. Pertama, sang endorser tidak membaca dengan jeli seluruh isi
buku, tapi ketika diminta penerbit untuk memberi komentar tentu saja
adalah komentar yang menarik (baca memuji buku), padahal sebenarnya
kualitas buku tersebut kurang baik. Sehingga antara kualitas buku dan
isi komentar tidak sinkron. Kemungkinan kedua adalah endorser tidak
membuat komentar sendiri, akan tetapi hanya ‘dipinjam” namanya, dan
komentar itu dibuat oleh penerbit, dan tentu demi pemasaran-meski tidak
sesuai dengan isi buku-komentar pun dibuat yang menarik.
Tulisan ini semoga menjadi perhatian bagi kita ketika hendak membeli
buku. Kita bisa saja menjadikan endorsement sebagai bahan pertimbangan
dalam membeli buku, akan tetapi tidak ada salah jika kritis terhadap
endorsement. Jika sekadar informasi yang berisi ringkasan isi buku masih
wajar kita jadikan rujukan seperti apa isi buku tersebut, akan tetapi
jika endorsement sudah sampai pada tingkat berlebihan dalam memuji
sebuah buku, layak untuk kita waspadai.
Tulisan ini pernah dimuat di Koran Surya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar