Sabtu, 17 Juni 2017

Cerita dari Negeri Persahabatan #1



Berbicara tentang sahabat, saya selalu bersemangat. 
Bagaimana tidak, kita adalah makhluk sosial yang sudah lumrah senantiasa membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup. Sahabat bagi saya adalah sesuatu yang sangat berharga, dan oleh karenanya sudah semestinya untuk menjaganya.

Sahabat saya banyak. 
Saya sejatinya tipikal orang yang introvert, aihhh. Pasti kalian tidak percaya. Namun, ini benar. Kalau sekarang saya tampak ekstrovert, semua karena proses panjang yang sedang saya titi. Saya tidak mudah akrab dengan orang yang belum begitu saya kenal dan saya benar-benar percaya. Namun, jika sudah kenal dekat dan benar-benar bisa saya percaya, saya akan benar-benar loyal atas nama persahabatan.

Sekadar cerita, ini proses pencarian saya tentang persahabatan.
Saya dulu punya asumsi seperti ini: kalau bersahabat dengan seorang perempuan, nanti dikira kita ada hubungan khusus, dan itu sungguh tidak nyaman. Kalau berteman dengan seorang lelaki, nanti juga dikira ada hubungan yang tidak-tidak. Tentu, itu juga tidak membahagiakan. Kalau bersahabat dengan kelompok perempuan, maksudnya lebih dari satu, semacam gank, dikira kita banci, gaul sama perempuan-perempuan. Maka, yang aman adalah bersahabat dengan sekelompok lelaki. Ahh, itu asumsi saya dulu. Entah, apa dasar pemikiran saya itu, yang pasti itu perasaan yang ada di benak saya dulu.

Namun, sekarang saya jadi berpikir.
Saya tidak ingin terlalu memedulikan apa kata orang terkait dengan pilihan hidup saya. Sebatas itu positif, tidak masalahlah dengan anggapan orang. Saya ingin menjadi seseorang seperti yang saya inginkan, bukan seperti yang diinginkan orang lain. Itu sungguh tidak nyaman. Maka, saya akhirnya mengikuti arus. Kalau ternyata saya bersahabat dengan seorang perempuan, yang penting tahu batas-batas 'yang semestinya' ya tidak apa. Atau jika bersahabat dengan seorang lelaki, jalani saja sebatas memang hubungan itu 'aman'. Atau mau bersahabat dengan gank perempuan atau gank  lelaki, ayo saja. Intinya, yang penting bagi saya, persahabatan itu membuat saya menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Sejauh ini, kalau boleh jujur, persahabatan yang klik  itu tidak bisa direkayasa.
Tidak bisa diniatkan, misal "wah, saya mau cari sahabat sekelompok lelaki, ah..." atau "saya ingin mempunyai sahabat sejati seorang lelaki." Bagi saya itu tidak bisa. Ya tiba-tiba sudah nyaman bersahabat sebab ada bebeapa hal yang membuat kita nyaman dan kita sadar kalau perhabatan itu akan membawa kita pada sebuah kebaikan.

Kembali, sahabat saya banyak.
Di setiap domain aktivitas saya, saya merasa mudah menemukan sahabat. Entah itu seseorang atau sekelompok orang. Masing-masing mempunyai dinamika yang berbeda. Wajar, namanya manusia, kadang suasana hati tidak konstan, hingga membuat gesekan-gesekan wajar terjadi. Yang utama, saya sadar, apa motif persahabatan itu. Intinya, persahabatan itu sesuatu yang kita butuhkan, sebab kadang kita memang membutuhkan second opinion dalam menentukan pilihan-pilihan hidup kita. Kita membutuhkan ruang untuk sekadar menumpahkan penat, dan kita membutuhkan orang yang bisa mengingatkan kita saat jalan kita mulai menyimpang. 

Nantikan kisah-kisah persahabatan saya ya. Dari yang usianya lebih muda, setara, hingga yang lebih tua dari saya. Dari saat saya SD, SMP, SMA, Kuliah, hingga bekerja dan berumah tangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...