Minggu, 18 Juni 2017

Pulau Bintan nan Menawan



Ini salah satu perjalanan yang cukup berkesan bagi saya. Saya sudah agak lupa persisnya kapan, yang saya ingat ini di tahun 2012. Cukup berkesan sebab ada beberapa alasan. Yang utama, sebab perjalanan ini gratis, hehe. Jadi, waktu itu saya mengirimkan sebuah abstrak untuk acara seminar internasional. Nah, kalau abstrak terpilih untuk dipresentasikan, maka transportasi dan akomodasi ditanggung panitia. Siapa sih yang tidak mau? wuiihhh.

Alhamdulillah, abstrak saya lolos.
Bukan saja senang akan jalan-jalan ke Pulau Bintan gratis, tetapi lebih dari itu, ini pengalaman seminar internasional yang tentu sangat berharga bagi perjalanan perkembangan keilmuan saya. Satu lagi, seminar itu benar-benar internasional, baik peserta maupun pembicara memang berasal dari berbagai negara.

Perjalanan saya mulai dari Malang. ke Surabaya. Dari Surabaya ke Jakarta dengan pesawat. Nah, pas di Jakarta ini, juga ada pengalaman yang berkesan. Ternyata, saat saya booking tiket pesawat dari Jakarta menuju Tanjungpinang, ternyata ada kesalahan teknis, transfer tertolak atau bagaimana gitu. Padahal, seumur-umur saya selalu sukses saat booking tiket via internet. Sempat bingung dan tegang. Alhamdulillah, masih ada jalan. Saya harus membeli tiket baru. Beruntung, saat itu masih ada seat, meski risikonya, harganya tinggi. hampir dua kali lipat dari harga bookingan saya. Ok, tidak apa asal pagi itu saya bisa segera terbang ke Tanjungpinang.

Perjalanan Jakarta-Tanjungpinang lancar. Di pesawat saya bertemu dengan orang-orang yang juga akan menghadiri acara seminar itu. Bahkan, di antaranya ada figur publik, baik artis maupun pejabat. Saya duduk bersebelahan dengan Bapak Wardiwan Djoyonegoro, salah satu menteri di era kepemimpinan Pak Harto kalau tidak salah. Sampai di bandara, Raja Haji Fisabililah, namanya. Masih terhitung sepi dan cukup kecil bandaranya. Di bandara, ternyata sudah ada panitia yang menjemput dengan mobil. Hmm, pelayanan prima dech, tidak lama langsung menuju hotel yang juga dijadikan lokasi seminar.

Hari pertama belum ada kegiatan yang signifikan, masih registrasi peserta, dan penyelesaian administrasi. Malamnya baru ada pembukaan resmi. Nah, sambil menunggu malam, saya manfaatkan waktu dengan keluar  hotel dan ke Pusat Kota Tanjungpinang. Naik angkuta biasa. Pokoknya saya eksplore Tanjung Pinang deh. Saya cari-cari info seputar Pulau Bintan via iternet. Kesempatan berkunjung ke pulau itu ingin saya optimalkan dengan mencari banyak pengalaman baru.

Acara seminar itu cukup lama, kalau tidak salah tiga hari untuk seminar, dan ada satu hari untuk wisata. Saya pergi ke Pulau Penyengat yang hanya menyeberang sebentar dari dermaga Kota Tanjungpinang. Tiada lupa, saya juga nyebrang ke Pulau Batam. hanya sekira satu jam.

Di Pulau Penyengat, banyak situs-situs bersejarah, termasuk gurindam 12 dan Raja Ali Haji berasal dari sini. Ada istana, ada masjid, dan banyak peninggalan bersejarah lain. Menariknya lagi, pada saat seminar berlansung, malam hari selalu ditampilkan atraksi-atraksi kebudayaan, di beberapa sudut Kota Tanjungpinang. Semacam perta rakyat.


Saat acara berakhir, saya bersama seorang teman bersepakat untuk menunda kepulangan satu hari. Jadi, satu hari itu saya nginap di hotel lain yang lebih murah, dan berwisata ke tempat-tempat lain. Salah satunya, saya berkunjung ke Pantai Trikora. Wisata pantai adalah salah satu wisata yang saya suka. Pantai Trikora sekilas mirip-mirip pantai di daerah Belitung. Ingat film Laskar Pelangi kan? Nah, pantai Trikora juga mirip begitu, masih banyak batu-batu besar di tepinya.

Alhamdulillah. perjalanan yang menyenangkan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...