Selasa, 20 Juni 2017

Kehangatan Saat di Lombok

Royyan, Raudina, dan Rasydan di depan villa

Ide untuk ke Lombok waktu itu sederhana, saya ingin membahagiakan keluarga, mengajak mereka jalan-jalan dan menginap di hotel. Itu saja. Pasalnya, selama ini saya lebih banyak jalan-jalan sendiri sebab memang dalam rangka tugas. Jadi, tidak bisa mengajak keluarga. Nah, setelah diskusi sana-sini, kami sekeluarga sepakat memilih Lombok sebagai destinasinya. Hal tersebut didukung saat saya 'menemukan' paket promo di salah satu hotel mewah di daerah Senggigi, Lombok, NTB. Promo yang menurut saya 'terjangkau'. Kalau tidak salah 1,5 juta untuk dua malam menginap satu keluarga, sudah dapat dua kali makan pagi dan satu kali dinner special.Selain itu, dapat fasilitas antar jemput ke bandara.

 Mengapa saya anggap terjangkau atau murah, sebab saat itu bandara sudah ada di Praya, Lombok Tengah. Tidak lagi di Selaparang seperti saat saya sebelumnya ke Lombok. Saya tahu, biaya transportasi dari bandara ke kawasan Senggigi tidaklah murah. Bisa ratusan ribu kalau sewa mobil atau taksi. Jadi, jika angka 1,5 juta sudah semuanya, termasuk transport PP dari hotel ke bandara, yang menurut saya murah.
foto dulu saat baru tiba di bandara

Alhamdulillah, prinsip saya waktu itu pergi bersama satu keluarga, tujuan mau kemana tidak begitu utama. Apalagi, di hotel itu sudah lengkap fasilitasnya dan di tepi pantai pula. Anak-anak bisa berenang atau ke pantai sekalian. Faktanya memang demikian. Kami banyak menhabiskan waktu di hotel. Fasilitas hotel yang memadai saya rasa sudah cukup untuk membahagiakan anak-anak. Kami menginap di sebuah villa yang indah dengan dua bed besar. Cukup nyaman untuk kami berlima. Area hotel yang luas dengan taman-teman dan jajaran pohon kelapa indah sudah cukup untuk melepas penat. Kolam renang yang luas jadi objek favorit Royyan dan Dina. Ah, bahagia melihat mereka bisa begitu gembira.
Royyan dan Raudina di sela-sela renang
Salah satu fasilitas dari paket promo yang kami pilih adalah adanya special dinner. Jadi, kami makan malam istimewa di tepi laut dengan pelayanan prima. Menu yang beragam, pelayan yang ramah, juga live music yang membawakan lagu-lagu romansa. Alhamdulillah. Kami sangat bersyukur bisa merasai semua itu. Kehangatan kami begitu terasa. Saya rasa, ini bukan dalam rangka bermewah-mewahan. Sekali waktu perlu untuk membangun kedekatan di antara kami. Jujur, saya kadang bersedih harus meninggalkan mereka ke luar rumah dalam jangka waktu lama sebab melaksanakan tugas. Kadang saya tidur di hotel sendirian, makan makanan enak sendirian, tanpa mengajak keluarga. Nah, dengan saya bisa mengajak keluarga ke Lombok, rasanya 'hutang' saya pada mereka terbayar.
Raudina tengah bergaya saat makan malam
Senyaman-nyamannya kami di hotel, tentu sayang juga jika hanya menghabiskan waktu selama dua hari di hotel saja. Maka, di hari kedua, kami jalan-jalan ke luar hotel. Sewa satu motor matic, sudah cukup untuk berlima, hehe. Kami menyusuri lekuk kawasan Pantai Senggigi dan Malimbo. sesekali berhenti dan melempar pandang jauh ke luas lautan. Panorama tiga Gili juga terlihat dari ketinggian Bukit Malimbo. Saya yang sudah pernah ke Gili Trawangan, tidak berhasrat membawa anak-anak saya yang masih kecil ke sana. Pemandangan kawasan pantai yang banyak bule kurang kondusif tentunya, hehe. Nah, di malam kedua, kami makan malam di kawasan kuliner dekat Pasar Seni Senggigi. Alhamdulillah... ini bukan sekadar wisata, tetapi ini adalah kehangatan keluarga. Semoga kelak kami bisa mengulangnya di tempat berbeda dengan suasana yang jauh lebih baik. Aamiin.
Panorama dari Bukit Malimbo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...