Minggu, 02 Juli 2017

Uji Adreanlin di Sekempong Rivertubing


Sejatinya saya termasuk tipikal orang yang selalu merencakan segala sesuatunya jika ingin bepergian. Semua persiapan dilakukan jauh-jauh hari agar tidak bermasalah di kemudian hari. Namun, belum lama ini, ternyata spontanitas pun bisa jadi. Saat itu, saya dan ketiga sahabat saya (Upik, Roy, dan Wahyu) berencana menghadiri acara pernikahan teman di kawasan Karangpandan. Kami sama-sama tidak sadar, jika di undangan ternyata jamnya adalah 12.30 WIB. Kami pikir undangan pagi. Maka, sehari sebelumnya kami sepakat bahwa sebelum ke acara, kami akan main-main dulu di sekitar Karangpandan. Salah satu sahabat saya ingin mengajak bermain rivertubing.


Kawasan Karangpandan, Kemuning lebih spesifik lagi, memang salah satu tempat favorit saya untuk sekadar melepas penat. Alasannya sederhana, selain  udaranya sejuk dan pemandangan alamnya bagus, juga tidak jauh dari Solo. Saya sudah kelewat sering pergi ke Kemuning. Entah sekadar jalan-jalan, atau memang kadang ada urusan terkait pekerjaan. Misalnya, saya sudah beberapa kali ke Candi Sukuh dan Candi Cetho untuk pengambilan gambar film pembelajaran yang saya susun. Nah, kalau rivertubing, jujur saja adalah hal yang baru bagi saya. Kalau saya pernah rafting, sejauh ini di daerah Magelang, di Sungai Elo. Atau pernah juga menikmati wahana Arung Jeram di Dunia Fantai, Taman Impian Jaya Ancol, hehe. Kalau rivertubing dan di kawasan Kemuning, jujur saja belum pernah. Maka, saya sangat bersemangat saat sahabat saya ingin mengajak Rivertubing ini.

Hari itu, suasana Kemuning cukup ramai. Maklum bertepatan dengan hari Minggu. Sampai lokasi, kami sejenak bingung sebab ternyata banyak spot yang menyediakan jasa rivertubing ini. Sejauh ini, ketika saya ke Kemuning jarang memperhatikan banner-banner yang berisi promo wahana ini, hehe. Kami berempat sama-sama belum pernah mencoba wahana ini. Sahabat saya yang punya ide ini juga sebatas dapat info dari teman dan selebihnya cari-cari info via medsos.

Setelah beberapa saat putar-putar di kawasan kebuh teh Kemuning, akhirnya kami bertemu dengan salah satu spot yang menurut kami pas. Namanya Sekempong Rivertubing. Menurut info dari penduduk, Sekempong ini cukup ekstrem dan memang disedikan khusus untuk dewasa. Kalau spot lain, konon biasa dan bisa digunakan untuk segala usia, termasuk anak-anak.


Sekempong ini ternyata termasuk baru, baru kisaran tiga bulan dibuka. Alhamdulillah, kami dapat pelayanan prima dan diskon harga sebab masih dalam masa promo. Per orang membayar Rp 30.000 dan bisa bolak-balik sepuasnya. Tidak menunggu lama, kami segera memakai semua peralatan yang sudah disediakan, dari pengaman kepala, sepatu, rompi, pengaman tangan, dan juga pengaman kaki. Saya sebenarnya belum tahu nanti seperti apa rasanya, yang penting ini pengalaman baru dan harus dicoba.

Kami sudah siap dan ada banyak pemandu yang membantu kami. Kebetulan, pagi itu hanya ada kami yang berkunjung di situ. Ada arahan-arahan dan sedikit pemanasan. Kesempatan pertama, kami bermain dengan menggunakan ban dalam yang besar berjumlah empat yang digabung dengan tali. Masih awalan, mengenal medan dan supaya aman, maka kami sepakat berempat dulu. Nanti di kesempatan berikutnya bisa sendiri-sendiri. Dan.. petualangan pun dimulai. Kami menyusuri arus sungai yang berarir jernih. Awalnya santai dan menyenangkan. Tidak lama, kami bertemu dengan jeram-jeram terjal, bebetuan besar, pusaran arus, dan sudah bisa dipastikan akan terjatuh di kubangan yang dalam. Basaahh… 

Petualangan terus berlanjut. Pakaian kami sudah bayah kuyub. Alhamdulillah, ada petugas yang memang bertugas untuk mengbadikan moment ini, hingga kami tidak perlu repot-epot selfie. Info dari pemandu yang awalnya kami ‘remehkan’, yaitu route hanya sekira 1 km, dan kami spontan berseloroh, “Hah… hanya I km, ya cepat sekali dong…”, ternyata di luar yang kami kira. Medan yang ekstrem di tengah deras arus cukup membuat kami sulit melaluinya dan menguras energi. Rencana awal kami ingin bolak balik, jadinya hanya mengulang dua kali saja. Di kesempatan kedua, ternyata lebih berat sebab kami mencoba bermain sendiri-sendiri. Seru dan menantang meski melelahkan dan menguji adrenalin.

Setelah puas dan tenaga sudah terkuras, kami segera mandi dan berkemas ke acara pernikahan teman kami. Sebelum pulang, kami dijamu minuman penghangat badan. Alhamdulillah… bersyukur diberi kesempatan oleh Allah merasai sejuknya air pegunungan asli dan merasakan hangat kebersamaan dengan para sahabat. Penasaran ingin merasakan sensasinya? silakan mencoba juga ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Unggulan

The Short Story in The 21st Century

TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW  ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...