Rintik gerimis membuat Solo basah.
Syahdu, seirama suasana hati Hendra dan Ardhi yang tengah meretas senja di
lantai dua sebuah resto bergaya klasik. Sore itu merupakan hari yang lama
mereka rindukan. Sebuah perjumpaan yang sudah lama mereka rancang. Wajar, bagi
mereka yang tinggal di berlainan kota dan lama berpisah, bisa mencipta momen
untuk bersua tentu sebuah saat yang istimewa. Dulu, saat mereka masih sama-masa
tinggal di Solo, bisa dikata kelewat sering mereka menghabiskan waktu.
Menyusuri lekuk sudut-dudut Solo, dari tempat satu ke tempat lainnya adalah
salah satu kesenangan mereka. Sekadar makan sembari diskusi ringan hingga
membicarakan rencana-rencana masa depan adalah aktivitas mereka kala bersama.
Isu-isu politik yang memanas pun tak luput hadir bersama suguhan kopi-kopi
kental yang mereka kudap.
Ini adalah ruang untuk berpikir, berkontemplasi, atau sekadar menyimpan resah agar tidak sebatas berserak di benak. Catatan perjalanan, opini, esai, atau karya fiksi yang saya tulis, saya tampilkan di ruang ini. Saya adalah seorang penyuka jalan-jalan, dunia kepenulisan, juga suka dengan persahabatan. Semoga menjadi catatan kebaikan. Selamat Membaca.
Senin, 27 November 2017
Rabu, 01 November 2017
Film Pengabdi Setan di Mata Saya
Tidak ada tempat untuk belajar bagaimana membuat film laris, jika membuat film bagus, barangkali banyak. Kurang lebih begitu yang bisa saya simpulkan dari beberapa obrolan dengan teman atau di grup-grup komunitas film. Suksesnya sebuah film di pasaran, benar-benar sulit diprediksi. Ada film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan biaya tinggi, tetapi tenyata jeblok dalam hal pencapaian penonton di bioskop. Begitu juga sebaliknya, ada film yang secara kualitas biasa atau bahkan kurang, malah bisa melesat jauh. Namun, untuk film Pengabdi Setan, bisa saya katakan ini salah satu film yang ‘langka’. Film Pengabdi Setan adalah film yang secara kualitas bagus dan dikerjakan dengan serius, dengan biaya yang tidak mahal, dan bisa laris di pasaran.
Langganan:
Postingan (Atom)
Unggulan
The Short Story in The 21st Century
TJERITA AND NOVEL LITERARY DISCOURSE IN POST NEW ORDER INDONESIA By Stefan Danerek Centre for Languages and Literature Lund Unive...
-
Aku sendiri tidak mengerti dengan diriku.Aku tahu jika keadaan yang kini aku alami adalah karena kelemahanku. Karena ketakberdayaanku pada ...
-
Catatan Atas Pagelaran Sendratari Ramayana dalam Rangkaian Gebyar Lustrum XIV dan Dies Natalis ke-70 Universitas Negeri Malang Tahun 2024 ...